BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu Sosial Dasar merupakan pelajaran dasar untuk mempelajari bagaimana kita bersoaialisasi dengan lingkungan sekitar untuk lebih mengetahui kehidupan di luar yang sebelumnya diketahui.
Penduduk adalah mereka yang berada di dalam dan bertempat tinggal atau berdomisili di dalam suatu wilayah, sedangkan Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
Kebudayaan adalah stradisi suatu tempat untuk menonjolkan keunggulan atau ciri khas dari daerah itu sendiri.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, saya akan membahas mengenai kebudayaan daerah Bali serta kehidupan penduduk dan masyarakat daerah Bali.
C. PERUMUSAN MASALAH
Dari identifikasi di atas, saya akan membahas lebih dalam mengenai kebudayaan yang ada di Bali, yang antara lain :
1. Bagaimana upacara adat disana?
2. Apa saja makanan asli daerah Bali !
3. Kesenian di daerah Bali !
4. Tempat Wisata yang ada !
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk lebih terarahnya penyusunan laporan study lapangan ini, maka kami telah merumuskan kedalam suatu sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang, identifikasi masalah dan perumusan masalah.
BAB II : TINJAUAN TEORI
Bab ini berisi informasi yang di dapat untuk dijadikan tambahan pada pembahasan.
BAB III : PEMBAHASAN
Pada bab ini, membahas secara ilmiah dengan mendeskripsikan dan melakukan penilaian.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENDUDUK dan MASYARAKAT
Jumlah penduduk Propinsi Bali menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah 3.146.999 yang tersebar di 9 kabupaten dan kota. Empat sensus sebelumnya mencatat jumlah penduduk Bali berturut-turut sebagai berikut: pada sensus 1995 adalah 2.904.828 orang, pada sensus 1971 turun menjadi 2.120.091 orang, sensus 1980 mencatat 2.469.930 orang dan sensus 1990 meningkat menjadi 2.777.356 orang.
Perbedaan ciri dan potensi antar kabupaten/kota menyebabkan tidak meratanya persebaran penduduk Bali di semua kabupaten dan kota.
Sebagai satu komunitas, penduduk Bali terikat pada segi-segi kehidupan social dan budaya yang oleh masyarakat Bali disebut sebagai Tri Hita Karana yaitu kewajiban menjalankan kehidupan spiritual, (parhyangan) sebagai atma (jiwa), kewajiban memelihara wilayah pemukiman dan lahan (palemahan), sebagai angga (raga), dan kewajiban melakoni hidup bermasyarakat dalam satu ikatan aturan (pawongan) sebagai khaya (tenaga).
Manusia, masyarakat dan kebudayaan Bali, pada perkembangannya kini, sesungguhnya diwarnai oleh perjalanan budaya dan perilaku masyarakat pada masa Bali kuna, masa Bali Majapahit dan masa Bali modern. Pemahaman tentang hidup terdiri dari dari unsur atma, angga dan khaya, yang bersumber dari ajaran Hindu, menjadikan pola hidup masyarakat Bali unik dan lentur menyikapi perubahan jaman. Perkembangan budaya dan perilaku manusia Bali dari Bali kuna ke Bali modern yang dilakoni secara lentur telah pula menumbuhkan perekonomian, ilmu pengetahuan dan teknologi yang senantiasa diupayakan terpadu harmonis dengan warna budaya lokal. Budaya Bali, kemudian tampak seperti terus tumbuh berkelanjutan mengalami perkembangan dengan tetap menampakan ciri budaya setempat.
Selain bermasyarakat dalam pelbagai kelompok-kelompok baru dalam ikatan profesi, hingga kini manusia Bali masih terikat kuat dengan tatanan tradisi budaya lokal. Krama adat, warna, wangsa, soroh, sekehe atau kelompok tradisi lain di Bali adalah wadah sekaligus wujud keterlibatan nyata manusia Bali dalam aktivitas adapt, agama dan budaya.
Keberadaan manusia Bali dalam ikatan kerabat sedarah yang disebut soroh (marga) lebih mempertajam pembelokan pengertian warna menjadi kasta. Kendati tuntunan agama menyiratkan keterbukaan bagi semua golongan untuk melakoni tugas atau warna tetapi pewarisan tugas dan warna dalam satu soroh tetap saja menjadi tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad. (http://www.sewamobilbali.biz/penduduk-bali.php)
B. KEBUDAYAAN BALI
Kebudayaan Bali pada hakikatnya dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran agama Hindu. Masyarakat Bali mengakui adanya perbedaaan ( rwa bhineda ), yang sering ditentukan oleh faktor ruang ( desa ), waktu ( kala ) dan kondisi riil di lapangan ( patra ). Konsep desa, kala, dan patra menyebabkan kebudayaan Bali bersifat fleksibel dan selektif dalam menerima dan mengadopsi pengaruh kebudayaan luar. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa komunikasi dan interaksi antara kebudayaan Bali dan budaya luar seperti India (Hindu), Cina, dan Barat khususnya di bidang kesenian telah menimbulkan kreatifitas baru dalam seni rupa maupun seni pertunjukkan. Tema-tema dalam seni lukis, seni rupa dan seni pertunjukkan banyak dipengaruhi oleh budaya India. Demikian pula budaya Cina dan Barat/Eropa memberi nuansa batu pada produk seni di Bali. Proses akulturasi tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan Bali bersifat fleksibel dan adaptif khususnya dalam kesenian sehingga tetap mampu bertahan dan tidak kehilangan jati diri (Mantra 1996).
Kebudayaan Bali sesungguhnya menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi mengenai hubungan manusia dengan Tuhan ( parhyangan ), hubungan sesama manusia ( pawongan ), dan hubungan manusia dengan lingkungan ( palemahan ), yang tercermin dalam ajaran Tri Hita Karana (tiga penyebab kesejahteraan). Apabila manusia mampu menjaga hubungan yang seimbang dan harmonis dengan ketiga aspek tersebut maka kesejahteraan akan terwujud.
Selain nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi, dalam kebudayaan Bali juga dikenal adanya konsep tri semaya yakni persepsi orang Bali terhadap waktu. Menurut orang Bali masa lalu ( athita ), masa kini ( anaghata ) dan masa yang akan datang ( warthamana ) merupakan suatu rangkaian waktu yang tidak dapt dipisahkan satu dengan lainnya. Kehidupan manusia pada saat ini ditentukan oleh hasil perbuatan di masa lalu, dan perbuatan saat ini juga menentukan kehidupan di masa yang akan datang. Dalam ajaran hukum karma phala disebutkan tentang sebab-akibat dari suatu perbuatan, perbuatan yang baik akan mendapatkan hasil yang baik. Demikian pula seBaliknya, perbuatan yang buruk hasilnya juga buruk atau tidak baik bagi yang bersangkutan.
Kebudayaan Bali juga memiliki identitas yang jelas yaitu budaya ekspresif yang termanifestasi secara konfiguratif yang emncakup nilai-nilai dasar yang dominan sepert: nilai religius, nilai estetika, nilai solidaritas, nilai harmoni, dan nilai keseimbangan (Geriya 2000: 129). Kelima nilai dasar tersebut ditengarai mampu bertahan dan berlanjut menghadapi berbagai tantangan. (http://wawanoutsider.wordpress.com/2010/04/05/kebudayaan-bali/)
BAB III
PEMBAHASAN
Pulau Dewata (Bali)
Sebelum membahas lebih banyak cerita pengalaman dulu.
Bali itu pulau yang memiliki keindahan sangat memukau, banyak dikunjungi turis mancanegara maupun turis dalam negri. Bagi orang-orang yang belom pernah ke Bali selalu ngomong gini “enak banget yaa udah pernah ke bali”, sebenernya sih ngga susah buat ke Bali tapi orang-orang kan mau’a jalan-jalan ke semua tempat wisata yang emang membutuhkan banyak biaya, maka’a bagi mereka susah buat ke Bali. Di Bali itu enak banget loh !! pemandangan’a bagus, udara’a sejuk, di sepanjang jalan selalu pantai yang di liat . . wow !!!
Di mulai dari akses menuju ke Bali, kalo ke Bali itu bisa naik bus atau pesawat, semua’a enak ko mau naik apa aja, kalo naik bus setelah nyebrang ke Pelabuhan Gilimanuk kita bisa ngeliat pemandangan pantai, pohon, sawah dll tapi perjalanan’a cukup lama buat sampe ke Denpasar, yaaa… sekitar 2 sampe 3 jam lah, kalo naik pesawat udah langsung nyampe di Denpasar (Bandara Ngurah Rai Bali) dari bandara bisa langsung ke Pantai Kute dan ngeliat Sunset yang indah !!
Tempat wisata di Bali banyak banget, tempat buat beli oleh-oleh’a juga banyak, malahan banyak banget..
Sekarang saatnya membahas lebih banyk tentang Pulau Bali. Yang pertama membahas upacara adat yang ada di Bali, antara lain :
1. Ngaben
Upacara pembakaran mayat yang dilakukan dengan beberapa upacara, setelah dilakukan beberapa upacara lalu jenazah dibakar, kemudian sesudah selesai dibakar, dibuang ke laut (nganyut ke pasih).
2. Manusa Yadnya
Manusa Yadnya, antara lain : Pawiwahan (upacara penikahan), Metatah atau potong gigi (hutang terakhir orang tua kepada anaknya), Menek Kelih (upacara untuk anak yang beranjak dewasa setelah akil balik), Nyambutin (upacara untuk bayi setelah lahir selama 3 bulan), Oton (hari lahir bayi setelah 6 bulan).
Yang kedua membahas tentang makanan khas Bali :
1. Lawar
2. Tum
3. Ayam Betutu
4. Sate Languan
5. Pisang Rai
6. Lepet
Selanjutnya membahas Kesenian daerah Bali :
1. Calonarang
2. Drama Bali
3. Jegog
4. Joged Bungbung
5. Tari (Tari Pendet, Tari Panyembrahma, Oleg tamulilingan, Tari Rejang, dan lain-lain.)
Yang terakhir kita membahas tempat wisata yang ada di Bali :
1. Pantai Kuta
Pantai kuta sebelahan sama Bandara Internasional Ngurah Raih, di pantai kuta Sunset menjadi pemandangan di sore hari.
2. Pantai Dreamland
Selain pantai, di sana juga ada cottage, apartemen, kolam renang, dan arena golf.
3. Tanah Lot
Terdapat pra diatas tebing tinggi dengan pemandangan pantai seta ombak yang besar.
4. Pura Besakih
Pura yang terletak di kaki Gunung Agung.
5. Uluwatu
Tebing tinggi dengan pemandangan laut dibawah tebing, serta banyak monyet yang hidup dihutan.
6. GWK (Garuda Wisnu Kencana)
Terdapat 2 patung, yaitu patung setengah badan Dewa Wisnu dan bagian depan badan burung garuda, dengan pemandangan batu koral.
BAB IV
PENUTUP
Dari tinjauan teori dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penduduk dan masyarakat tiap daerah berbeda-beda tradisi dan cara upacara keagamaannya dan kebudayaan di Bali sangat beragam terutama di bidang seni bahkan tempat wisata di Bali sangat menarik untuk dikunjungi.
Daftar Pustaka :
http://www.sewamobilbali.biz/penduduk-bali.php
http://wawanoutsider.wordpress.com/2010/04/05/kebudayaan-bali/
Minggu, 15 Januari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar