Kamis pagi, aku duduk di depan kampus bersama kedua temanku. Tiba-tiba ada lelaki yang baru pertama kali aku lihat duduk tepat dihadapanku. Seketika aku memandangi lelaki itu, wajahnya seperti senior SMP ku dulu yang pernah aku suka. Tak lama, lelaki itu beranjak dari tempat duduknya. Aku pun ikut beranjak untuk makan bersama kedua temanku sambil senyum-senyum setelah melihat lelaki itu tadi. Hari pun berganti dan tepat di Selasa pagi tanpa di sengaja aku melihat lelaki itu lagi bersama temannya berjalan menuju tempat makan. Lelaki manis berjaket merah, sebelum mengetahui namanya, aku menyebutnya jaket merah. Rasa penasaran akan dirinya pun datang. Di kamis selanjutnya aku berharap bertemu dengannya kembali. Dan sesuai harapan, aku melihatnya lagi berjalan dihadapanku dengan membawa makalah. Aku sangat senang melihatnya walaupun hanya sekilas. Kamis kamis selanjutnya aku pun selalu berharap bertemu dengannya. Di kamis ketiga, ketika aku sedang menunggu pergantian mata kuliah, lelaki itu lewat didepanku bersama temannya menuju kelas. Aku pun penasaran dan mengikuti sampai tahu dimana kelasnya. Ternyata selama ini ruang kelas kita sangat dekat. Di malam hari ketika aku mengerjakan tugas, aku berniat untuk mencari tahu namanya dan dia kelas berapa. Niat pun terlaksana dengan menggunakan kecanggihan internet aku pun mencari tahu tentangnya. 1 jam berlalu aku belum menemukan apa-apa, 1 jam berikutnya aku mengetahui kelasnya. Disaat itu juga aku mencari daftar nama kelasnya. Aku merasa bangkit setelah cukup lama aku trauma untuk suka sama seseorang karna suatu hal. Hanya lewat beberapa hari setelah aku mengetahui sosial medianya, aku menyapanya dan buatku respon darinya cukup baik walaupun aku belum mengenal dirinya lebih jauh.
Entah mengapa setelah itu aku merasakan yang berbeda, seperti ada perasaan yang ngga biasa kepadanya. Aku suka, aku sayang dan aku berharap untuk memilikinya. Tapi siapa aku? Aku baru mengenalnya, belum mengetahui sikap dan respon aslinya terhadap aku. Yang aku tau dari melihatnya, dia manis, lucu, baik, friendly, ramah. Ya.. hanya itu saja. Selanjutnya setelah berani menyapa di sosisal media, ketika bertemu lagi dikampus, aku tidak berani menyapanya secara langsung, aku hanya berani menyapanya di dunia maya. Hari demi hari berganti, dan harapanku masih tetap ada untuk memilikinya walaupun itu sangat mustakhil. Aku tetap mencari tau tentang dirinya, sampai aku tahu siapa mantannya, keluarganya dan teman-temannya. Sejauh dan seniat itu aku mencari tahu tentangnya. Aku tak tahu apa ini, yang aku tahu ini hanya obsesiku saja, tapi hampir 4 bulan aku seperti ini, dengan harapan-harapan yang mustakhil. Sebentar lagi dia lulus, aku tidak bisa melihatnya lagi di kampus, mungkin nanti aku hanya bisa melihatnya di dunia maya. Sekarang aku hanya berharap, suatu saat nanti dia tau apa yang udah aku lakuin dari awal melihatnya sampai tahu segala tentangnya.
Entah mengapa setelah itu aku merasakan yang berbeda, seperti ada perasaan yang ngga biasa kepadanya. Aku suka, aku sayang dan aku berharap untuk memilikinya. Tapi siapa aku? Aku baru mengenalnya, belum mengetahui sikap dan respon aslinya terhadap aku. Yang aku tau dari melihatnya, dia manis, lucu, baik, friendly, ramah. Ya.. hanya itu saja. Selanjutnya setelah berani menyapa di sosisal media, ketika bertemu lagi dikampus, aku tidak berani menyapanya secara langsung, aku hanya berani menyapanya di dunia maya. Hari demi hari berganti, dan harapanku masih tetap ada untuk memilikinya walaupun itu sangat mustakhil. Aku tetap mencari tau tentang dirinya, sampai aku tahu siapa mantannya, keluarganya dan teman-temannya. Sejauh dan seniat itu aku mencari tahu tentangnya. Aku tak tahu apa ini, yang aku tahu ini hanya obsesiku saja, tapi hampir 4 bulan aku seperti ini, dengan harapan-harapan yang mustakhil. Sebentar lagi dia lulus, aku tidak bisa melihatnya lagi di kampus, mungkin nanti aku hanya bisa melihatnya di dunia maya. Sekarang aku hanya berharap, suatu saat nanti dia tau apa yang udah aku lakuin dari awal melihatnya sampai tahu segala tentangnya.