1.
Pengertian Kepemimpinan
Pengertian
Kepemimpinan, Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut
penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak,
ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah
Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan
dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara.
Istilah
pemimpin, kemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang
sama
"pimpin". Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang
berbeda.
Pemimpin
adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran
formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu
memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan,
kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu
kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan "pemimpin".
Pemimpin
yang baikmerupakan seseoran manajer yang efektif yang harus memiliki kualitas
dan kemampuan pimpinan yang baik. Pemimpin yang baik juga harus dapat
menyesuaikan dan mengmbangkan diri sendiri dan mampu menguasai serta
mengarahkan dan mengembangkan pengaruh orang lain.
Arti
pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan,
khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi
orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
pencapaian satu atau beberapa tujuan.
2.
Tipe-Tipe Kepemimpinan
Pada
umumnya para pemimpin dalam setiap organisasi dapat diklasifikasikan menjadi
lima type utama yaitu sebagai berikut :
1)
Tipe
pemimpin otokratis
2)
Tipe
pemimpin militeristik
3)
Tipe
pemimpin paternalistis
4)
Tipe
pemimpin karismatis
5)
Tipe
pomimpin demokratis
1)
Tipe Pemimpin Otokratis
Tipe
pemimpin ini menganggap bahwa pemimpin adalah merupakan suatu hak.
Ciri-ciri pemimpin
tipe ini adalah sebagai berikut :
·
Menganggap
bahwa organisasi adalah milik pribadi
·
Mengidentikkan
tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
·
Menganggap
bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata
·
Tidak
mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena dia menganggap
dialah yang paling benar.Selalu bergantung pada kekuasaan formal
·
Dalam
menggerakkan bawahan sering mempergunakan pendekatan (Approach) yang mengandung
unsur paksaan dan ancaman.
·
Dari
sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe mimpinan otokratis tersebut di atas dapat
diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak-hak dari manusia, karena tipe ini
tidak dapat dipakai dalam organisasi modern.
2)
Tipe Kepemimpinan Militeristis
Perlu
diparhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin tipe
militeristis tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam organisasi militer.
Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe militeristis.
Seorang pemimpin yang
bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
·
Dalam
menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai tujuan
digunakan sebagai alat utama.
·
Dalam
menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan jabatannya.Sonang
kepada formalitas yang berlebihan
·
Menuntut
disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan
·
Tidak
mau menerima kritik dari bawahanMenggemari upacara-upacara untuk berbagai
keadaan.
·
Dari
sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis jelaslah bahwa ripe
pemimpin seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.
3)
Tipe Pemimpin Paternalistis
Tipe
kepemimpinan fathornalistis, mempunyai ciri tertentu yaitu bersifat fathernal
atau kepakan.ke Pemimpin seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapaan
dalam menggerakkan bawahan mencapai tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang
dilakukan sifat terlalu sentimentil.
Sifat-sifat umum dari
tipe pemimpin paternalistis dapat dikemukakan sebagai berikut:
·
Menganggap
bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
·
Bersikap
terlalu melindungi bawahanJarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengambil keputusan. Karena itu jarang dan pelimpahan wewenang.
·
Jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya tuk mengembangkan inisyatif daya
kreasi.
·
Sering
menganggap dirinya maha tau.
Harus
diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diporlukan.
Akan tetapi ditinjau dari segi sifar-sifar negatifnya pemimpin faternalistis
kurang menunjukkan elemen kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.
4)
Tipe Kepemimpinan Karismatis
Sampai
saat ini para ahli manajemen belum berhasil menamukan sebab-sebab mengapa
seorang pemimin memiliki karisma. Yang diketahui ialah tipe pemimpin seperti
ini mampunyai daya tarik yang amat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang
sangat besar. Kebanyakan para pengikut menjelaskan mengapa mereka menjadi
pengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang faktor penyebab Karena
kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa
pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers),
perlu dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan profil pendidikan dan
sebagainya. Tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin karismatis.
5)
Tipe Kepemimpinan Demokratis
Dari
semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan demokratis dianggap adalah
tipe kepemimpinan yang terbaik. Hal ini disebabkan karena tipe kepemimpinan ini
selalu mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan
individu.
Beberapa ciri dari
tipe kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut:
·
Dalam
proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia
itu adalah mahluk yang termulia di dunia.
·
Selalu
berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan
organisasi.
·
Senang
menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya.
·
Mentolerir
bawahan yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada bawahan agar
jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisyatif
dan prakarsa dari bawahan.
·
Lebih
menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.
·
Selalu
berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
·
Berusaha
mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Dari sifat-sifat yang
harus dimiliki oleh pemimpin tipe demokratis, jelaslah bahwa tidak mudah untuk
menjadi pemimpin demokratis.
3.
Teori-Teori Kepemimpinan
1)
Teori Kepemimpinan Sifat (Trait
Theory)
Analisis
ilmiah tentang kepemimpinan beerangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu
sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang
beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukannya diciptakan yang kemudian
teori ini dikenal dengan “the greatma theory”. Dalam perkemabangannya, teori
ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan
bahwaa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan, akan tetapi juga
dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain
; sifat fisik, mental dan kepribadian
2)
Teori Kepemimpinan Perilaku dan
Situasi
Berdasarkan
penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecenderungan kea rah dua hal :
Pertama yang disebut
Konsiderasi yaitu kecenderungan pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab
dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti: membela bawahan,
memberi masukan kepada bawahan dan bersedia bekonsultasi dengan bawahan.
Kedua disebut
struksur inisiasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang memberikan batasan
kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat, bawahan mendapat instruksi dalam
pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil apa yang
akan dicapai.
Jadi berdasarkan
teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang
memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi
juga. Kemudian juga timbul teori kepemimpinan situasi dimana seorang pemimpin
harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel,
sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
3)
Teori kontingensi
Mulai
berkembang tahun 1962, teori ini menyatakan bahwa tidak ada satu sistem
manajemen yang optimum, sistem tergantung pada tingkat perubahan lingkungannya.
Sistem ini disebut sistem organik (sebagai lawan sistem mekanistik), pada
sistem ini mempunyai beberapa ciri:
·
Substansinya
adalah manusia bukan tugas.
·
Kurang
menekankan hirarki
·
Struktur
saling berhubungan, fleksibel, dalam bentuk kelompok
·
Kebersamaan
dalam nilai, kepercayaan dan norma
·
Pengendalian
diri sendiri, penyesuaian bersama
4)
Teori Behavioristik
Behaviorisme
merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan
individu dalam suatu belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa manajemen yang
efektif bila ada pemahaman tentang pekerja – lebih berorientasi pada manusia
sebagai pelaku.
Beberapa tokohnya,
antara lain:
a)
Maslow
Individu mempunyai 5
kebutuhan dasar yaitu physical needs, security needs, social needs, esteem
needs, self actualization needs. Kebutuhan tersebut akan menimbulkan suatu
keinginan untuk memenuhinya. Organisasi perlu mengenali kebutuhan tersebut dan
berusaha memenuhinya agar timbul kepuasan.
b)
Douglas
Mc Gregor (1906-1964)
Teori X dan teori Y
Teori X melihat
karyawan dari segi pessimistik, manajer hanya mengubah kondisi kerja dan
mengektifkan penggunaan rewards & punishment untuk meningkatkan produktivitas
karyawan. Teori Y melihat karyawan dari segi optimistik, manajer perlu
melakukan pendekatan humanistik kepada karyawan, menantang karyawan untuk
berprestasi, mendorong pertumbuhan pribadi, mendorong kinerja.
5)
Teori Humanistik
Teori
ini lebih menekankan pada prinsip kemanusiaan. Teori humanistic biasanya
dicirikan dengan adanya suasana saling menghargai dan adanya kebebasan. Teori
Humanistik dengan para pelopor Argryris, Blake dan Mouton, Rensis Likert, dan
Douglas McGregor. Teori ini secara umum berpendapat, secara alamiah manusia
merupakan “motivated organism”. Organisasi memiliki struktur dan sistem kontrol
tertentu. Fungsi dari kepemimpinan adalah memodifikasi organisasi agar individu
bebas untuk merealisasikan potensi motivasinya didalam memenuhi kebutuhannya
dan pada waktu yang sama sejalan dengan arah tujuan kelompok. Apabila
dicermati, didalam Teori Humanistik, terdapat tiga variabel pokok, yaitu :
1)
Kepemimpinan
yang sesuai dan memperhatikan hati nurani anggota dengan segenap harapan, kebutuhan,
dan kemampuan-nya,
2)
Organisasi
yang disusun dengan baik agar tetap relevan dengan kepentingan anggota
disamping kepentingan organisasi secara keseluruhan, dan
3)
Interaksi
yang akrab dan harmonis antara pimpinan dengan anggota untuk menggalang
persatuan dan kesatuan serta hidup damai bersama-sama. Blanchard, Zigarmi, dan
Drea bahkan menyatakan, kepemimpinan bukanlah sesuatu yang Anda lakukan
terhadap orang lain, melainkan sesuatu yang Anda lakukan bersama dengan orang
lain (Blanchard & Zigarmi, 2001).